Ada yang mengganjal hati saya belakangan ini. Intuisi
atau suara hati namanya, yang baru saya ketahui beberapa waktu yang lalu. Sore
ini, setelah saya menunaikan sholat Ashar, tanpa melepas mukena (karena entah
kenapa, tiba-tiba saya merasa nyaman sekali duduk berlama-lama ditempat shalat yang
sebelumnya saya selalu bergegas seperti dikejar waktu untuk segera mengerjakan
tugas-tugas duniawi) saya raih sebuah buku yang sudah lama ingin saya baca
(nyaris 3 tahun) tapi tidak saya mulai-mulai, dan akhirnya sore ini saya baca
juga. Begitu banyak anggukan universal (suara hati yang umum) yang saya
dapatkan saat membaca buku The ESQ Way 165 karya Ary Ginanjar (Akan saya uriakan di
posting saya selanjutnya jika saya sudah selesai membaca bukunya, InsyaAllah)
yang sedang membahas tentang Intuisi atau suara hati. Sering sekali suara hati
saya mengatakan sesuatu tapi dengan penghitungan yang sama seperti suara hati
saya, saya mengabaikannya. Dan celakanya, semua intuisi saya yang lalu selalu terjadi
sehingga saya selalu merasa kecewa kenapa saya selalu mengabaikannya. Menurut
buku The
ESQ Way 165 karya Ary Ginanjar
di halaman 199, Suara hati seringkali
membisikkan dan membimbing apa yang dirasa benar dan apa yang dirasa salah
dimasa sekarang dimana akhirnya benar-benar terbukti dimasa akan datang. Dan
itu memang benar, saya baru menyadarinya sore ini.
Apakah anda pernah mengabaikan suara hati anda dan
kemudian merasa kecewa karena telah mengabaikannya? Atau anda merasa ragu
apakah suara hati memang benar-benar berpengaruh terhadap masa depan anda? Saya
akan ceritakan satu contoh yang saya kutib dari buku The ESQ Way 165 karya Ary Ginanjar di halaman 118.
Di tengah
melonjaknya penjualan sebuah produk unggulan dari PT Prima Bhakti, CEO
Perusahaan tersebut justru mulai menjajaki suatu kerjasama alternative produk
sejenis dengan perusahaan perbankan lainnya. Tidak ada seorang pun dari tim
manajemen yang mendukung hal itu. Mereka mengatakan : “Untuk apa lagi, bukankah
kerjasama dengan perusahaan perbankan ini sudah lancar? Lagi pula perusahaan
lainnya itu lebih kecil.”
Suara hati sang CEO mengatakan,
dirinya harus bersiap-siap menghadapi kondisi bisnis yang acapkali tak menentu
itu dengan kewaspadaan tinggi. Dorongan suara hati itu kemudian diikutinya, “Tidak
mungkin perusahaan perbankan yang sedang bekerja sama dengan kita ini akan
memutuskan kerjasama bisnis kita. Ini proyek yang sangat menguntungkan bagi
mereka. Hitung saja setiap pelanggan membayar Rp. 100.000,- kepada mereka,
sedang pelanggan kita telah mencapai 50.000 orang.” Secara logika memang benar,
tetapi suara hati sang CEO mengatakan tidak. Tim manajemen tetap mengatakan
“Tidak masuk akal.”
Benar saja, beberapa waktu kemudian,
perusahaan perbankan tersebut mengajak rapat mendadak dan menyampaikan bahwa
kerja sama terpaksa dihentikan karena mereka mendapat tekanan dari sebuah
perusahaan asing raksasa yang merasa tersaingi dengan kehadiran produk PT Prima
Bhakti tersebut.
Manajemen PT Prima Bhakti sangat
terpukul. Mereka sama sekali tidak menyangka hal itu akan terjadi begitu
mendadak, namun sang CEO tersenyum karena hal tersebut telah bisa ia rasakan
sebelumnya sehingga segala sesuatunya telah ia siapkan secara matang untuk
mengantisipasi kejadian tersebut. Katanya: “Saya ingin memberikan pelajaran
yang berharga kepada jajaran manajemen, agar mereka tidak hanya menggunakan
kecerdasan IQ saja, tetapi juga intuisi atau suara hati yang bersumber pada
kecerdasan spiritual.”
Akhirnya, proses pemindahan dari
bank rekaan lama ke yang baru hanya memakan waktu tak lebih dari 14 hari. Semua
berjalan lancar kembali, tanpa suatu goncangan yang berarti. Sesuatu telah
menyelamatkan perusahaan tersebut, yaitu bisikan suara hati atau orang sering
menamakannya “intuisi bisnis.”
Nah, mungkin setelah membaca kutipan kisah dari buku
karya Ary Ginanjar tersebut, anda mulai mengerti betapa pentingnya sebuah
intuisi. Bukan hanya intuisi bisnis. Dalam bidang apapun intuisi tersebut,
menurut saya sama-sama pentingnya. Semoga dengan posting saya kali ini, akan
lebih berkurang Aini-Aini ceroboh yang suka mengabaikan intuisi. Sebenarnya hal
ini memang terlihat begitu kecil dan sederhana. Namun, jika sudah terjadi
pastilah akan membuat kecewa pihak yang bersangkutan. Lupakan intuisi yang
terlanjur terabaikan dimasa lalu, masih ada waktu untuk memperbaikinya. Semoga dengan
posting kali ini, akan membangunkan keyakinan-keyakinan baru akan pentingnya
intusi seperti CEO PT Prima Bhakti. Amin Ya Rabb ! J
Maka, Allah senantiasa mendampingi
Anda, dengan suara-suara hati yang merupakan sifat-sifatNya. Apabila Anda
terjatuh, sadarlah, itu artinya masih banyak ilmu Allah yang belum anda
ketahui. Pelajari kesalahan tersebut, cari jawaban mengapa anda jatuh. Ambil
jurus kedua dan bangkitlah kembali. Allah yang Maha Agung begitu mencintai anda
dan menunggu kemenangan anda. -The ESQ Way 165 karya Ary Ginanjar
halaman 120
No comments:
Post a Comment