Lagu Hymne Guru adalah salah satu lagu yang tidak asing
lagi dalam kancah pendidikan di Indonesia dan juga salah satu lagu wajib. Pada
setiap kesempatan atau acara dengan tema dan latar belakang pendidikan, lagu
ini tidak pernah terlewatkan untuk disenandungkan. Tapi siapa sangka bahwa lagu
yang selalu berkibar bertalu-talu tersebut diciptakan oleh sosok yang sangat
sederhana dan dekat dengan kita. Ya, beliau adalah Bapak Sartono. Sosok
sederhana dari Madiun pembangkit semangat jiwa para pahlawan tanpa tanda jasa. Sosok
ini memang jarang sekali tersorot kamera. Beliau memang kalah pamor dengan
sensasi artis-artis ibu kota dan para petinggi Negara. Padahal, karyanya bisa
dibilang sangat luar biasa dan mengagumkan. Dengan tersusunnya makalah
“Biografi (Sartono: Pencipta lagu Hymne Guru)” semoga dapat membantu
pihak-pihak yang ingin mengenal lebih dekat dengan pribadi beliau. Dan semoga
makalah ini juga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
...............
“Sosok Legendaris yang Bersahaja”
Kala itu langit sudah gelap (06/12/2011), kami berhenti
tepat didepan pintu rumah bernomor 98. Sesosok wanita paruh baya dengan balutan
kebaya merah bermotif batik langsung tersenyum. Beliau segera mempersilahkan
kami untuk masuk kedalam ruang tamu.
Sebut saja beliau Yanti, Ignatia Damijati. Ya, beliau adalah
istri dari bapak Sartono, sang pencipta lagu legendaries Hymne Guru. Sosoknya
terlihat bersahaja, ramah dan low profil.
Meskipun kerutan diwajah beliau sudah mulai kentara, namun sedikitpun tidak
terlihat bahwa beliau sudah menginjak usia 60 tahun, beliau terlihat begitu
sehat.
Tak lama berselang, sosok yang kami tunggu-tunggu ikut
bergabung. Ya, bapak Sartono. Beliau tersenyum ramah diiringi istrinya yang
pamit untuk masuk kedalam. Laki-laki paruh baya berusia 75 tahun itu segera
mempersilahkan kami untuk duduk kembali, seraya tersenyum dengan melontarkan
pertanyaan. “Mau dimulai dari mana ini?”
Beliau memulai kisahnya dengan menceritakan pengalaman
saat diundangan oleh Bupati Ponorogo beberapa waktu yang lalu. Bicaranya masih
terdengar jelas, dan sesekali tawa kecil mengiringi penuturan tentang kisah beliau.
Namun tak berapa lama kami kurang memahami penuturan beliau, beliau mulai
menceritakan dengan arah yang tidak jelas tujuannya.
“Hmm Pak Tono itu dulu pernah diundang di Irian Jaya”
Sahut salah satu suara dari dalam. Tak lama Bu Yanti muncul dari balik tirai
yang memisahkan antara ruang tamu dan ruang tengah. Nampaknya beliau mendengar
penuturan suaminya yang mulai terdengar tidak jelas arahnya. Beliau segera
mengambil alih peran suaminya. Dengan lancar dan lugas beliau menceritakan
kisah pengalaman pak Sartono.
Bu
Yanti mengungkapkan bahwa dulu saat Pak Sartono masih menjadi seorang tentara,
suaminya pernah mendapat tugas dari tentara Brawijaya agen remnol 81 untuk
menghibur para militer yang ada di Irian Jaya. Pak Saroto mendapat tugas ini
karena beliau adalah salah satu tentara yang juga seniman music, sehingga
beliau ditugaskan untuk menghibur para militer yang akan berperang.
Selain
itu, beliau juga menceritakan tentang pengalaman suaminya ketika mendapat
piagam penghargaan di Jakarta atas karya legendaries suaminya tersebut. Beliau
juga menuturkan bahwa setelah serah terima penghargaan tersebut, suaminya
kembali ditugaskan oleh tentara untuk terbang ke Aceh dan memberi semangat
serta menghibur para pahlawan tanda jasa beserta seluruh korban-korban Stunami
di tahun 2004 dengan lagu “Hymne Guru” nya. Dan diakhir ceritanya beliau
menceritakan kisah pengalaman suaminya kala mendapat nomor penghargaan di
Jepang bersama dengan guru teladan dimasa itu.
“Maksud
pak Sartono tadi begitu, jadi pak Sartono ingin menceritakan kisahnya yang itu”
Ujar beliau diakhir penjelasan.
Ungkap
Bu Yanti, ingatan pak Sartono memang sudah tidak sebaik dulu. Beliau terkadang
bisa mengingat, namun terkadang juga bisa lupa akan kejadian-kejadian yang baru
saja beliau lakukan. Beliau juga sudah mulai sulit untuk melakukan wawancara,
karena tidak jarang beliau salah menanggapi pertanyaan. Terkadang antara
pertanyaan dan jawaban bisa menghasilkan kesinambungan, namun terkadang juga
tidak. Terkadang juga, beliau memulai ceritanya dengan runtut dan jelas. Namun
terkadang dipertengahan bercerita, beliau mulai berbicara ngelantur dan keluar
dari topik pembahasan awal. Oleh karena itu, sang istri selalu mendampingi
beliau dimanapun beliau berada, terutama saat ada tamu untuk mengadakan
wawancara. “Jadi ya ibu harus dampingi pak Tono kalo ada yang tanya begini ini”
tuturnya.
Setelah wanita paruh baya itu selesai bercerita, pak
Sartono mengajak kami berdiri. Beliau menunjukkan rangkaian bingkai foto yang
terpasang didinding. Mulai dari bermacam-macam piagam penghargaan, siluet
karikatur tokoh beliau, foto-foto beliau dengan tokoh-tokoh petinggi Negara
maupun tokoh pendidikan, hingga lirik lagu bertuliskan “Hymne Guru”. Selama
menunjukkan rangkaian foto tersebut beliau tak henti-henti tersenyum. Terlihat
jelas sorot mata penuh semangat dibalik kerut wajah beliau yang sudah mulai
kentara. Sesekali beliau tertawa kecil, mencoba mengingat-ingat dengan baik
bayangan masa-masa terindahnya itu. Tidak pernah terlihat sedikitpun raut kesedihan
beliau, meskipun karyanya hanya dihargai sebatas piagam penghargaan. Beliau pun
tidak pernah menuntut akan royalti dengan janji-janji semu yang dilontarkan
kepada beliau. Bagi beliau, hidup sehat seperti ini bersama istri tercintanya
sudah lebih dari cukup. Beliau lah tokoh sejarah yang patut kita contoh. Bapak
Sartono, sang legendaries yang selalu bersahaja.
PROFIL
Nama
: Sartono
Anak
dari : Bapak Soepadi
dan Ibu Sartijah
Tempat
/ tgl lahir : Madiun, 29 Mei 1936
Alamat :
Jl. Halmahera No.98 Madiun
Istri
: Ignatia Damijati
(seorang penari dan pengajar di SD Oro-Oro Ombo
Madiun )
Pendidikan
: 1. SD Jepang di Nglorok
Pacitan
2. SMP Negeri 2 Madiun
3. SMA Abengan Surabaya
Riwayat
Hidup :
Sebelum
menyelesaikan sekolah ibunda beliau meninggal dunia kemudian disusul ayahnya.
Setelah lulus SMA beliau mengikuti RNI AD kemudian dikirim ke Irian Barat Tahun
1963. Beliau dipilih oleh petinggi TNI untuk menjadi pelerai suku-suku yang
berperang karena beliau dianggap sebagai orang yang flexible. Tapi ternyata kepergian beliau ke Irian Barat, membuat
beliau tidak diangkat menjadi PNS hingga kini. Tetapi tetap dalam semangat
hidup yang tinggi dan dengan semboyan “
Ana dina ana sega “. Beliau menjalani hidup dengan mengajar di SMP Katolik
dengan kesukaannya bermusik dan dari itulah beliau menciptakan lagu “ Hymne Guru “. Berawal saat Prof. Dr.
Daud ( Menteri Pendidikan ) meminta
bantuan kepada Y. Adonga dan Ibu Tri Suci untuk menjadi panitia dalam “ Sayembara “ menciptakan lagu “ Hymne Guru “.
Suatu ketika saat beliau pulang dari
mengajar musik kolintang di nganjuk, beliau melihat pengumuman tentang
sayembara tersebut dan beliau iseng-iseng menulis lirik lagu. Kemudian beliau
kirim lirik lagu tersebut dan ternyata beliau masuk 4 besar.
2
Namun
ternyata masuknya beliau kedalam 4 besar menimbulkan kontroversi antara panitia.
Akhirnya bapak Mentri mengambil jalan tengah dengan cara menyuruh pak Sartono
menyanyikan lirik lagu miliknya tersebut. Saat mendengar lagu tersebut,
seketika bapak Mentri terharu dan tanpa fikir panjang beliau langsung memilih
pak Sartono sebagai Pemenang. Pak
Sartono selalu berpesan kepada Generasi Muda bahwa segala sesuatu itu tidak ada
yang tidak mungkin. Dengan mottonya “
Ana dina ana sega “.
Penghargaan
:
1. Piagam
Depdiknas, 22 Agustrus 1980. Pemenang lomba cipta lagu Hymne Guru oleh Prof.
Dr. Darji Darmodihardjo, SH.
2. Piagam
Mendiknas ( Dr. Yahya Muhaimin), 2 Mei 2000 atas ciptaannya berupa Hymne Guru
tahun 1980 sehingga membangkitkan semangat pengabdian guru ditengah masyarakat.
3. Sekolah
Buah Hati Surabaya, 24 Mei 2003 sebagai pencipta lagu Hymne Guru.
4. SMU
Santa Maria Surabaya, 6 Maret 2004.
5. ESQ
Training Peduli Pendidikan, Jakarta 5 Juli 2005.
6. Gubernur
Jawa Timur ( Imam Utomo ) Surabaya, Oktober 2005.
7. Mendiknas
( Prod. Dr. Bambang Sudibyo, MBA ) Jakarta, 23 November 2005. Sebagai
penghargaan pemerintah atas prestasinya dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui kesenian di kota Madiun Jawa Timur.
8. Pengurus
Besar PGRI, Jakarta 25 November 2005 Prof. Dr. H. Muhammad Sonya.
9. Wali
Kota Madiun ( Kokok Raya, SH.M Hum ).
10. Yayasan
Taruni Bhakti, 30 Juli 2006 ( Purna Karya Bakti, masabakti 1 Januari 1978 – 30
juni 2002 ).
11. UPN
Veteran Jawa Timur, sebagai pencipta Lagu Hymne Guru, 6 Januari 2009. Prof. Dr.
Teguh Sudarto, MP.
12. Universitas
Sepuluh November, Kolaka Kendali Sulteng Rekor MURI 9000 Siswa dan Mahasiswa
menyanyikan Lagu Hymne Guru, 29 mei 2010.
13. FIKP
Award UNS Surabaya, atas jasanya menciptakan Lagu Hymne Guru. Solo, 9 September
2011.
14. ITS,
10 November 2011. Atas dedikasi dan perannya dibidang seni dan budaya. Oleh
Prof. Dr. Tri Yogi Yuwono, DEA.
“HYMNE GURU”
Ciptaan: Sartono
Terpujilah,
Wahai
engkau,
Ibu Bapak guru
Namamu akan
selalu hidup,
Dalam
sanubariku
Semua baktimu
akan kuukir, di dalam hatiku
Sebagai
prasasti trima kasihku, tuk pengabdianmu
Engkau
sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau
laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau
patriot pahlawan Bangsa tanpa tanda jasa
Madiun, Desember 2011
Penulis