Sekarang,
ditempatku menulis, waktu sedang berhenti pada angka 15.06 WIB. Mungkin saja
beberapa kalimat setelah tulisan tadi, jarum jam sudah menjalar ke angka-angka
setelahnya. Mungkin juga, ketika tulisan ini sudah berhasil dimuat, matahari
sudah tak ada, atau bahkan sudah mulai bergulir kematahari dihari berikutnya.
Kata orang, menulis itu merapikan
kenangan....
Ini kali kedua
aku mengutipnya. Ah, sebenarnya setiap aku ingin memulai bercerita, selalu saja
kalimat itu yang muncul pertama kali dan selalu ingin kukutip. Tapi, bagaimana
jika kalian bosan membacanya? Lalu, sepersekian detik setelah pertanyaan itu
terlontar, aku segera mengganti, tidak, lebih tepatnya terpaksa mencari
pengganti kutipan lain. Sayangnya nihil, aku tak jua menemukan kutipan indah
yang sepadan. Lantas karena kesal, aku berhenti menulis. Merajuk pada google yang tidak mampu memuaskan pencarianku.
Hatiku merajuk, kemudian semua cerita itu menguap begitu saja. Lalu untuk
kesekian kalinya, aku gagal merapikan setiap kenangan dan membingkainya dalam sebuah
cerita.
Sejujurnya, aku
sedang teralihkan pada aplikasi path
dan instagram. Yang nyatanya, dua
tahun terakhir ini telah membuatku berhenti menulis. Fitur-fitur serba instan, lebih
unik, lebih menghibur, lebih cepat diakses semua orang, atau apapun itu, sungguh
mampu membuatku terlena dan lupa bagaimana cara membingkai rapi sebuah cerita
dalam rangkaian paragraf. Nampaknya memilih foto yang kira-kira akan
menghasilkan banyak like dan comment lebih mudah dibanding harus berlama-lama
menyusun ratusan kalimat demi sebuah postingan di blog. Lagipula, mengabadikan moment dengan memposting foto lengkap
bersama “mini” captionnya sudah cukup
mewakili setiap kenangan, bukan?
Kata orang, menulis itu
merapikan kenangan....
Ah, sayangnya
aku tidak bisa menulis dengan cukup rapi pada aplikasi path ataupun instagram. Sesekali
aku mencoba untuk merapikan kenangan disana. Sayangnya “sesekali” juga ada yang
meninggalkan pesan sindiran dikolom komentar. “Ini caption apa nulis diary?”
Lagi-lagi aku merajuk membacanya. Rindu pada kebebasan menulis seluas-luasnya. Maka,
tertanggal tulisan ini dimuat, semoga akan kupenuhi halaman-halaman ini dengan
ratusan kenangan yang telah kubingkai rapi.