Angin kembali bergemulir,
menyentuh rangka tulang rusukku,
lalu menusuknya, beku.
Sejurus kemudian,
saraf sensoriku terhenti
Membentuk satu titik akan detik yang
telah lampau,
mencoba menghitung dengan pasti,
setiap masa yang terurai sia-sia,
miris.
Butuh berapa lama lagi aku harus
bertahan?
Menata puing-puing kekokohan yang
bahkan sudah nyaris roboh !
Bagaimana jika aku menhancurkannya
saja?
Atau lari tanpa menyelesaikan potongan-potongan
yang masih tersisa?
Entahlah
Rerumputan didepanku pun hanya mampu
bergoyang
Jika nanti senja telah turun,
dan kau berdiri menempanya,
jangan salahkan aku,
jika hanya tertinggal sepasang jejak
yang tak berbatang