Madiun,
17 April 2014
Kalau setiap
cerita hidup kita selalu indah, hati ini tak pernah kenal dekat dengan sabar
dan ikhlas
Kalau setiap
yang kita inginkan maunya dikabulkan, kita tak pernah tau indahnya mendekati
Allah bersama jutaan do’a dan harapan
Kalau setiap
harapan kita selalu berjalan sesuai rencana, kita tak pernah belajar bahwa
kecewa itu menguatkan....
H
|
ari ini adalah hari
pertama saya terlepas dari rutinitas SMA yang melelahkan. Rutinitas yang
sebentar lagi saya rindukan, saya kenang, sepanjang masa. Hiruk-pikuk dunia
putih abu-abu benar-benar membuat saya mengabaikan detik yang terus berputar
tanpa jeda. Membuat seolah-olah 1080-hari terasa begitu cepat. Banyak sekali
cerita yang terselip diantara fajar dan senja. Dan malam ini, saya ingin mengurainya,
sebentar saja....
“If
it wasn’t written for you, it never belonged to you, so don’t be upset when it
doesn’t come to you” -@Alhamdulillah
Hari itu, pagi dipertengahan Juli 2011. Hari yang bagi
saya jarum jam berputar begitu lama, lingkungan yang terlihat begitu
menakutkan, dan suasana yang terasa begitu dingin. Akhirnya, saya terlempar
disuatu sekolah yang bahkan bentuk dan wujudnya baru saya ketahui dihari saya
dinyatakan diterima disana, SMAN 3 Madiun. Untuk kedua kalinya, saya diterima
disekolah yang bukan tujuan saya. Sedih, kecewa, marah. Tapi bisa apa?
“Even I know what
decision that I want, God already know what decision that I need.”
Sekolah baru, teman baru, lingkungan baru. Tiga hal yang
membuat saya nyaris menyerah. Terlebih, dilingkungan yang benar-benar baru dan
bukan tujuan saya. Tinggal di ‘Kota Orang’ memang memiliki sensasi tersendiri.
Lingkungannya, budayanya, orang-orangnya. Sungguh, saya benar-benar merasakan
yang namanya ‘culture-shock’.
Ditahun
pertama saya belajar dengan yang namanya ‘memahami dan lapang dada’. Saya
lahir, tinggal dan bersekolah hingga SMP di Ponorogo. Bersekolah di kota dengan
budaya cara bicara yang ramah, halus, perasa tapi sensitif. Berbanding terbalik
dengan budaya lingkungan sekolah kota Madiun yang bagi saya cuek, tegas,
berterus terang, apa adanya, tapi pemaaf. Saya yang belum terbiasa menerima kritikan pedas secara
langsung benar-benar merasa tergugu. Cara bicara mereka yang begitu berterus
terang sering membuat saya shock
diawal-awal masa sekolah. Dimata saya, cara mereka mengingatkan, memberi
kritik, menjatuhkan mental dan menyakiti hati tidak ada bedanya. Seperti satu
kesatuan yang tak terpisahkan. Tapi dimata mereka, itu hal biasa, hal yang
wajar, bukan menjatuhkan, menyakiti, tapi berterus terang, berkata jujur, apa
adanya. Tidak kurang, tidak juga lebih. Belum selesai sampai disitu, saya juga shock dengan sikap mereka yang
biasa-biasa saja ketika menerima kritikan langsung, yang menurut saya kritikan
itu lebih tepat disebut sebagai sebuah sindiran yang menyakiti hati. Tapi
mereka biasa-biasa saja. Selalu menganggap tidak pernah terjadi apa-apa jika
sebuah ‘forum’ perdebatan sudah ditutup. Perlahan saya mulai memahami, belajar
bersabar, lapang dada. Mencoba beradaptasi.
Tentang
Kegiatan Belajar Mengajar. Sungguh, saya benar-benar kalang kabut. Sistematika
pembelajaran SMAN 3 Madiun yang kala itu masih RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional) memaksa saya untuk memahami materi dalam Bahasa Inggris. Mulai
dari materi, soal, hingga presentasi yang menggunakan Bahasa Inggris sukses
membuat saya pusing bukan kepalang. Belum lagi dengan mata pelajaran IPA
terutama Fisika, Matematika dan Kimia yang benar-benar meracuni otak saya dan
membuat saya nyaris menyerah dan pindah sekolah. Dari awal memang saya ingin
masuk di Jurusan IPS. Bagi saya, ilmu didalamnya begitu mengasyikkan. Tidak
membuat saya tegang atau tertekan. Sungguh selama pelajaran Matematika, Kimia
dan Fisika saya selalu tegang, was-was. Takut kalau-kalau saya disuruh
mengerjakan soal didepan kelas, yang sudah pasti soal apapun itu saya tidak
faham harus diapakan. Kala itu, satu tahun terasa lama. Lingkungan baru, teman
baru, budaya baru, sistematika pembelajaran yang baru, sungguh benar-benar
membuat saya ingin segera lari. Hingga akhirnya, saat pembagian rapor semester
akhir, saya dinyatakan naik kelas dengan peringkat ke 6 dan masuk jurusan IPS. Subhanallah, sungguh saat itu saya
benar-benar tidak menyangka bisa meraih rengking 6. Dengan segala kepasrahan
saya saat pada Fisika, Matematika, dan Kimia ternyata Allah masih memberi
kesempatan saya untuk membuat rengking 6 itu tidak mustahil lewat mapel-mapel
IPS yang memang benar-benar saya pelajari secara sungguh-sungguh. Dan akhirnya,
lembaran baru kembali dibuka. Saya dinyatakan sebagai salah satu siswa kelas XI
IPS 3.
Disini,
pembelajaran saya belum berakhir. Di XI IPS 3 saya belajar apa arti kerja
keras, santai tapi serius, bercanda tapi fokus. Teman-teman sekelas saya,
sungguh. Saya banyak terkecoh. Saat KBM mereka lebih banyak bercanda dari pada
memperhatikan guru. Lebih banyak santai daripada mengerjakan belajar. Tapi
anehnya, saat dihadapkan dalam pertanyaan, presentasi, atau ulangan, mereka
berbeda 180 derajat. Mereka bisa menjawab, bisa menjelaskan, bisa mendapat
nilai yang tak jarang cukup membuat saya termenung. Perempuan atau lak-laki,
mereka semua sama-sama pintar. Saya dihadapkan pada teman-teman yang unpredictable. Yang terlihat biasa saja
ternyata luar biasa. Yang terasa tidak bisa ternyata multitalenta. Disini, saya
belajar apa arti kesederhanaan. Apa arti ketulusan dalam belajar. Dari mereka saya
belajar, bahwa sesuatu yang tidak terlihat, jauh lebih penting daripada sesuatu hal
yang terlihat.
Tak
cukup sampai disitu. Ditahun itu, saya mengikuti beberapa macam lomba. Yang
entah saya tidak menghitung berapa kali saya gagal dan berapa kali saya
berhasil. Sungguh, kesempatan berkompetisi dengan siswa-siswi dari berbagai kota
dan provinsi di Indonesia membuat saya benar-benar belajar apa sebenarnya arti
kata berusaha, tawakal, tawadu, rendah hati dan sportivitas. Begitu banyak
cerita, rintangan, kegagalan, ketidakadilan, keberhasilan dan kerja keras yang
saya dapatkan dari kompetisi-kompetisi yang bahkan tidak pernah saya hitung
berapa banyak peluh saya yang terkuras untuknya. Peraturan sekolah saya yang
selalu menekankan untuk lebih mementingkan pelajaran diatas segalanya memaksa
saya untuk berusaha lebih keras lagi dan lagi. Dengan jadwal pulang jam 4 sore,
saya hanya diizinkan dispensasi untuk latihan lomba tidak lebih dari 2 jam KBM.
Sisanya, harus diluar jam pelajaran. Sungguh, hal-hal seperti itu benar-benar
melelahkan. Tapi dibalik itu semua, perlahan saya menyadari. Bahwa mungkin,
lewat kerja keras itulah Allah meridhoi saya untuk berhasil dibeberapa lomba
yang saya ikuti. Dan mungkin, Allah memberikan saya kegagalan untuk
mengingatkan saya bahwa usaha, kerendahan hati, tawakal, dan tawadu saya masih
jauh dari kata sempurna. Lewat berbagai kompetisi di masa SMA tersebut saya
belajar. Bahwa kerja keras tidak pernah berkhianat. Bagaimanapun itu, Tuhan
tidak akan menukar rezeki umat-Nya. Karena Dia-lah yang Maha Tinggi, yang Maha
Bijaksana.
Perlahan
lembaran akhir sudah terisi penuh. Ditutup dengan penerimaan rapor semester
akhir. Saya mulai beranjak kepenghujung masa SMA yang membuat perjalanan
pembelajaran saya kian lengkap. Disini, dimasa penghujung ini. Berbagai macam
pembelajaran memaksa saya untuk memahami apa arti berhubungan dengan manusia lebih
jauh dan apa arti berhubungan dengan Sang Pencipta secara lebih dekat.
“The
most useful asset of person is not a head full of knowledge, but a heart full
of love. Ears open to listen and hands willing to help.”-unknown.
Dua
tahun bersama teman-teman saya di IPS 3 menyadarkan saya bahwa pemahaman saya
akan sifat mereka belum sepenuhnya berhasil. Saya dihadapkan pada hal yang
sejujurnya sangat saya benci, “kurang
menghargai”. Sungguh, saya tidak habis fikir, sebenarnya memang mereka yang
terlalu kurang menghargai atau saya yang memang terlalu sensitif. Mereka
cenderung mementingkan kepentingan pribadi. Sangat sulit diajak berdiskusi hal
diluar pelajaran. Sungguh, hal ini begitu membingungkan bagi saya.
Kebetulan
kelas saya memiliki group kelas di WhatsApp.
Kami sering chatting apabila tidak
bisa bertemu langsung. Tapi yang membuat saya jengkel, mereka sering sekali
mengabaikan pertanyaan-pertanyaan penting yang harusnya dijawab. Mereka seakan
tidak menghargai orang bicara dan kalaupun saya mengingatkan bahwa hal itu
bukanlah sesuatu yang seharusnya diabaikan, mereka sama sekali tidak merasa
bersalah. Mereka bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Bahwa yang mereka
lakukan hal yang biasa, bahwa saya yang terlalu berlebihan. Tapi sungguh, saya
memang tidak suka dengan orang yang tidak bisa menghargai orang lain. Diawal,
saya masih bisa beradaptasi dengan sikap kurang menghargai mereka pada hal-hal
yang wajar. Namun jika hal itu sudah menyangkut kepentingan bersama, saya
sangat tidak suka. Disini kesabaran saya benar-benar diuji. Saya sering sekali
menahan emosi saya saat harus dihadapkan pada event-event sekolah yang mengharuskan berdiskusi bersama mereka.
Sungguh, hal-hal seperti ini memang menguras kesabaran saya. Lewat hal ini saya
belajar, bahwa dalam hidup, tidak bisa segala yang terjadi harus sesuai dengan
apa yang kita harapkan. Bahwa orang lain tidak bisa dipaksa menjadi sama
seperti kita, dan kita tidak bisa pula disamakan seperti mereka. ‘Saling
memahami kekurangan’. Sungguh, inilah yang sedang saya pelajari saat ini.
“When
you worry, pray about it. When you’ve prayed, don’t worry about it. It’s in
Allah hands now.”-@Alhamdulillah
Siswa
tingkat akhir. Julukan ini sangat erat kaitannya dengan perjuangan panjang dan
tawakal total. Mimpi yang membuat saya lebih dekat dengan Dia. Perjuangan yang
membuat saya memahami betapa indah mencintai-Nya. Sungguh, untuk sampai pada titik
ini membutuhkan proses yang sangat panjang. Usaha saya melalui kelas X yang
begitu berat, jatuh bangun saya mengikuti berbagai lomba di kelas XI, kalang
kabut saya dalam mempelajari segala materi selama kelas XII. Tidak sampai
disitu, Ujian Nasional di tahun 2014 yang saya harapkan berjalan dengan lancar,
ternyata meleset jauh diluar dugaan. Banyak sekali hal yang terjadi diluar
kendali saya, membuat saya menerka-nerka sebenarnya perjuangan seperti apalagi
yang masih kurang saya lakukan. Begitu banyak waktu yang saya sisihkan untuk
mencari ketenangan batin akibat ketakutan saya pada perjalanan panjang ini. Meskipun
sampai detik ini saya belum mendapatkan jawaban atas segala usaha saya, perlahan
saya menyadari, bahwa sesungguhnya obat kegelisahan, ketakutan, keraguan yang
paling mujarab adalah dengan mencintai-Nya. Apapun hasil akhir perjalanan saya
nanti, saya pasrahkan hanya kepada-Nya. Saya percaya, Dia maha melihat, maha
mendengar, maha adil, maha bijaksana dan maha berkuasa. Apapun yang terjadi
nanti, saya percaya itulah jalan yang terbaik untuk saya. Because I trust Him, I believe on Him.
“Let
your heart tell Allah that you love Him and let your actions tell other that
you love Allah.”-@Alhamdulillah.
Saya
menyadari, bahwa saya bukanlah gadis muslimah yang sepenuhnya baik. Saya masih
seorang gadis 18 tahun yang penuh kekurangan disana-sini. Tapi lewat perjalanan
panjang ini, saya menemukan satu kesimpulan: Bahwa Ia memilihkan SMAN 3 Madiun
untuk saya agar saya melalui perjalan yang luar biasa ini. Perjalanan ditengah
kota baru, budaya baru, teman-teman baru, pengalaman baru, pribadi baru dan
belajar mencintai-Nya dengan cara baru. Cara baru yang lebih baik dari
sebelumnya.
Terimakasih
telah memilihkan saya berjalan dijalan ini Ya Rabb.....
Dan
terimakasih untuk 1080 hari yang begitu mengagumkan SMAN 3 Madiun. Terimakasih
untuk senantiasa berdiri kokoh meskipun terkadang saya ingin meruntuhkan
sudut-sudut yang tak jarang membuat saya merasa seperti dipenjara. Terimakasih
untuk selalu membuka lebar-lebar pintu gerbang yang bahkan terkadang tidak
ingin saya lewati. Dan terimakasih untuk mengajarkan begitu banyak hal tanpa
harus bergerak dan melakukan sesuatu.
Sungguh,
suatu hari nanti. Pasti saya akan merindukan suasana ini. Suasana senang,
sedih, marah, kecewa, benci, tertawa ataupun menangis. Dengan segala kurang
lebih yang ada pada sosokmu, sungguh. Kau sekolah yang mengagumkan. Sekolah
yang mengajarkan apa arti bekerja keras, apa arti ikhlas, apa arti bersabar,
apa arti dewasa, apa arti beradaptasi, memahami dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan
lagi. Dengan segala rasa bangga dan kecewa, sungguh TERIMAKASIH, SMAN 3 MADIUN
!!!!!!!!! LOVE YOU ! :)
(Musa) menjawab, “Tuhan kami, Ia-lah yang
memberikan segala sesuatu bentuk kejadiannya, dan kemudian membimbingnya” QS
Thaahaa