Monday, August 19, 2013

Bermain dengan Intuisi



            Ada yang mengganjal hati saya belakangan ini. Intuisi atau suara hati namanya, yang baru saya ketahui beberapa waktu yang lalu. Sore ini, setelah saya menunaikan sholat Ashar, tanpa melepas mukena (karena entah kenapa, tiba-tiba saya merasa nyaman sekali duduk berlama-lama ditempat shalat yang sebelumnya saya selalu bergegas seperti dikejar waktu untuk segera mengerjakan tugas-tugas duniawi) saya raih sebuah buku yang sudah lama ingin saya baca (nyaris 3 tahun) tapi tidak saya mulai-mulai, dan akhirnya sore ini saya baca juga. Begitu banyak anggukan universal (suara hati yang umum) yang saya dapatkan saat membaca buku The ESQ Way 165 karya Ary Ginanjar (Akan saya uriakan di posting saya selanjutnya jika saya sudah selesai membaca bukunya, InsyaAllah) yang sedang membahas tentang Intuisi atau suara hati. Sering sekali suara hati saya mengatakan sesuatu tapi dengan penghitungan yang sama seperti suara hati saya, saya mengabaikannya. Dan celakanya, semua intuisi saya yang lalu selalu terjadi sehingga saya selalu merasa kecewa kenapa saya selalu mengabaikannya. Menurut buku The ESQ Way 165 karya Ary Ginanjar di halaman 199, Suara hati seringkali membisikkan dan membimbing apa yang dirasa benar dan apa yang dirasa salah dimasa sekarang dimana akhirnya benar-benar terbukti dimasa akan datang. Dan itu memang benar, saya baru menyadarinya sore ini.
            Apakah anda pernah mengabaikan suara hati anda dan kemudian merasa kecewa karena telah mengabaikannya? Atau anda merasa ragu apakah suara hati memang benar-benar berpengaruh terhadap masa depan anda? Saya akan ceritakan satu contoh yang saya kutib dari buku The ESQ Way 165 karya Ary Ginanjar di halaman 118.
            Di tengah melonjaknya penjualan sebuah produk unggulan dari PT Prima Bhakti, CEO Perusahaan tersebut justru mulai menjajaki suatu kerjasama alternative produk sejenis dengan perusahaan perbankan lainnya. Tidak ada seorang pun dari tim manajemen yang mendukung hal itu. Mereka mengatakan : “Untuk apa lagi, bukankah kerjasama dengan perusahaan perbankan ini sudah lancar? Lagi pula perusahaan lainnya itu lebih kecil.”
            Suara hati sang CEO mengatakan, dirinya harus bersiap-siap menghadapi kondisi bisnis yang acapkali tak menentu itu dengan kewaspadaan tinggi. Dorongan suara hati itu kemudian diikutinya, “Tidak mungkin perusahaan perbankan yang sedang bekerja sama dengan kita ini akan memutuskan kerjasama bisnis kita. Ini proyek yang sangat menguntungkan bagi mereka. Hitung saja setiap pelanggan membayar Rp. 100.000,- kepada mereka, sedang pelanggan kita telah mencapai 50.000 orang.” Secara logika memang benar, tetapi suara hati sang CEO mengatakan tidak. Tim manajemen tetap mengatakan “Tidak masuk akal.”
            Benar saja, beberapa waktu kemudian, perusahaan perbankan tersebut mengajak rapat mendadak dan menyampaikan bahwa kerja sama terpaksa dihentikan karena mereka mendapat tekanan dari sebuah perusahaan asing raksasa yang merasa tersaingi dengan kehadiran produk PT Prima Bhakti tersebut.
            Manajemen PT Prima Bhakti sangat terpukul. Mereka sama sekali tidak menyangka hal itu akan terjadi begitu mendadak, namun sang CEO tersenyum karena hal tersebut telah bisa ia rasakan sebelumnya sehingga segala sesuatunya telah ia siapkan secara matang untuk mengantisipasi kejadian tersebut. Katanya: “Saya ingin memberikan pelajaran yang berharga kepada jajaran manajemen, agar mereka tidak hanya menggunakan kecerdasan IQ saja, tetapi juga intuisi atau suara hati yang bersumber pada kecerdasan spiritual.”
            Akhirnya, proses pemindahan dari bank rekaan lama ke yang baru hanya memakan waktu tak lebih dari 14 hari. Semua berjalan lancar kembali, tanpa suatu goncangan yang berarti. Sesuatu telah menyelamatkan perusahaan tersebut, yaitu bisikan suara hati atau orang sering menamakannya “intuisi bisnis.”
            Nah, mungkin setelah membaca kutipan kisah dari buku karya Ary Ginanjar tersebut, anda mulai mengerti betapa pentingnya sebuah intuisi. Bukan hanya intuisi bisnis. Dalam bidang apapun intuisi tersebut, menurut saya sama-sama pentingnya. Semoga dengan posting saya kali ini, akan lebih berkurang Aini-Aini ceroboh yang suka mengabaikan intuisi. Sebenarnya hal ini memang terlihat begitu kecil dan sederhana. Namun, jika sudah terjadi pastilah akan membuat kecewa pihak yang bersangkutan. Lupakan intuisi yang terlanjur terabaikan dimasa lalu, masih ada waktu untuk memperbaikinya. Semoga dengan posting kali ini, akan membangunkan keyakinan-keyakinan baru akan pentingnya intusi seperti CEO PT Prima Bhakti. Amin Ya Rabb ! J
Maka, Allah senantiasa mendampingi Anda, dengan suara-suara hati yang merupakan sifat-sifatNya. Apabila Anda terjatuh, sadarlah, itu artinya masih banyak ilmu Allah yang belum anda ketahui. Pelajari kesalahan tersebut, cari jawaban mengapa anda jatuh. Ambil jurus kedua dan bangkitlah kembali. Allah yang Maha Agung begitu mencintai anda dan menunggu kemenangan anda.  -The ESQ Way 165 karya Ary Ginanjar halaman 120

No comments:

Post a Comment

Life isn't always lovely, but it's a beautiful ride

Hai, I know it's already 2018, but how your 2017?  What your best companion? Your best healer? This post probably gonna be s...