Tuesday, July 22, 2014

"Unanswered Prayers"


Berjalan diatas sirkuitMu memang tidak pernah mudah
Mengikuti alur panjangMu memang begitu lelah
Namun, Bukankah Engkau senantiasa menyulitkan hambaMu yang sangat Engkau cintai Ya Rabb?
Aku tidak pernah menyesal menerpa badai yang senantiasa Kau siapkan
Aku, tidak pernah menyesal memilih puncak tertinggi dalam pendakian
Dan kalaupun memang, pada pertangahan
Kau butakan arahku dan memilihkan jalur yang jauh dari puncak impian
Sungguh, aku tidak akan menyesal pernah memilih puncak itu
Atau menyesal tidak meraih puncak itu
Karena aku percaya,
Puncak yang Kau persembahkan jauh lebih indah dari puncak yang senantiasa kuimpikan

*****
M
impi. Saya bahkan harus menghela nafas sekian detik sebelum membicarakannya secara panjang lebar. Bukan, saya bukan salah satu dari jutaan orang yang telah berhasil berdiri diatas mimpi besar yang terwujud secara gamblang. Saya, hanyalah sejumput pemimpi besar yang masih tertatih bersama ‘maha’ angannya.
Sangat basa-basi. Saya tahu. Tapi saya hanya ingin membagikan sedikit cerita bagi kalian. Kalian yang mungkin tidak percaya pada mimpi, kalian yang mungkin terlalu percaya pada keberuntungan, atau kalian yang bahkan mulai lelah meraih mimpi yang tidak jua terwujud. Dan se klise apapun kisah saya, semoga bermanfaat. Sekecil apapun itu….
*****
Kata orang, menulis itu merapikan kenangan…
27 Mei, 2014. Pukul 12.00 WIB.
Merah. Pengumumannya berwarna merah. Saya tertegun. Log out, log in lagi. Log out, Log in lagi. Merah, masih merah. Saya tidak lolos SNMPTN 2014?? Mimpi??? Apakah saya bermimpi?? Selama 15 menit, saya terdiam. Mencerna baik-baik apa arti kata ‘TIDAK LOLOS’. Hingga akhirnya, saya benar-benar mengerti. Dan seketika itu juga, saya menangis sejadi-jadinya. Siang itu, adalah tamparan yang nyata didalam hidup saya. Tamparan yang membuat saya perlahan bangun dari tidur panjang saya…
*****
Dan semua berputar mundur ketahun 2012. Tahun dimana saya mulai menemukan mimpi baru bernama “Lolos Undangan (SNMPTN) 2014” . Dilanjutkan ditahun 2013, saya memperlengkap mimpi saya dengan embel-embel “Lolos Undangan (SNMPTN) 2014 Ilmu Komunikasi UGM”. Sejak saat itu, hidup saya terpatri disana. Apapun saya lakukan untuk meraihnya. Ada yang bilang, salah satu hal yang mempermudah lolos Undangan adalah memiliki Piagam Kejuaran Lomba. Dan ya, entah setan darimana yang mampu menghipnotis saya. Sejak menginjakkan kaki di Gedung berlabel ‘SMA’, tujuan saya terpatri disatu titik. Menjuarai berbagai macam lomba. Dan kisah tertatih itupun dimulai.
Dimulai di awal tahun 2012, berlanjut diakhir tahun 2012. Semakin banyak terjadi baik diawal hingga akhir tahun 2013. Dan ya, seperti kesetanan darimana saya pun tidak tahu, secara bersamaan di awal tahun 2013 hingga pertengahan tahun 2014 saya semakin menggilai belajar untuk beralih mengejar rengking parallel agar saya bisa memenuhi persyaratan dalam mendapat beasiswa saat kuliah nanti. Dan semuanya seperti berlalu begitu cepat. Hari-hari saya hanya diisi dengan lomba dan lomba selama tahun 2012 hingga 2013. Dan ditahun 2014 saya semakin memenuhi obsesi-obsesi saya pada rentetan rengking parallel. Sungguh, justru saya baru menyadari betapa melelahkannya masa SMA saya saat semuanya sudah berakhir. Saya bahkan melupakan passion saya pada Organisasi, Kepanitiaan, Event-event sekolah dan apapun itu yang berbau non pendidikan. Saya terlanjur dibutakan pada satu titik, “SNMPTN Ilmu Komunikasi UGM 2014”.
Memang, memang saya berhasil menjuarai beberapa lomba. Dan ada juga yang kalah tentunya. Saya juga berhasil mempertahankan rengking 5 besar saya dikelas hingga semester 5. Saya juga berhasil masuk dalam 10 besar parallel sekolah. Ya, saya dapat. Dan mungkin itulah awal rasa sakit yang teramat dalam itu berasal…
“If it wasn’t written for you, it never belonged to you, so don’t be upset when it doesn’t come to you”-unknown
Sungguh, saya tidak pernah sekalipun berfikir bahwa saya akan lolos SNMPTN 2014 karena saya pintar, atau karena saya memiliki beberapa Piagam Kejuaran Lomba, atau bahkan karena saya masuk parallel atau apapun yang sejenisnya. Sungguh tidak, kalau ada seseorang yang berfikir saya seperti itu sungguh itu tidak benar!
Saya tidak pintar. Saya benar-benar mengakui itu. Dan itulah alasan saya mengapa saya belajar mati-matian sampai bahkan tidak tidur hanya demi membuat catatan agar saya bisa lebih mudah mengerti segala materi. Saya menyadari teman-teman sekelas saya adalah murid-murid luar biasa yang bahkan tanpa belajar mati-matian pun mereka bisa dengan mudahnya mendapat nilai diatas saya. Jadi saya tidak mau tertinggal. Saya harus berjuang lebih dari mereka, meskipun pada akhirnya saya tahu. Kemampuan saya memang masih jauh dibawah mereka.
Tapi saya percaya pada usaha. Saya percaya pada kerja keras. Saya percaya pada kuasa Tuhan. Bahwa Dia, akan memberikan apapun sesuai dengan apa yang umatnya perjuangkan. Dan ya, itulah alasan saya mengapa saya sulit mempercayai bahwa saya tidak lolos SNMPTN 2014. Sungguh, bukan karena saya berfikir saya murid paling pintar, tapi karena saya berfikir Tuhan itu adil, Tuhan pasti melihat usaha saya, Tuhan pasti akan mewujudkan mimpi saya.
Tapi ternyata apa?
Tuhan berkata lain. Dia menjatuhkan dinding terkokoh saya. Meleburkan segala kepercayaan saya. Meruntuhkan pertahanan diri saya…
Dan ya, semua terlihat semakin menyakitkan setelah saya beralih menatap sekitar. Betapa banyak orang-orang yang saya kenal baik, tanpa melakukan hal sebesar usaha saya bisa meraih mimpi mereka dengan mudahnya. Saya semakin bertanya-tanya. What the meaning of life? Why me? Again? Dan belasan pertanyaan lain yang semakin mengaburkan mata hati saya.
“Don’t wonder why Allah doesn’t grant all our wishes immediately, but rather give thanks that He doesn’t punish us immediately for all our mistakes.”-Unknown
Butuh waktu lama untuk memahami apa sebenarnya arti dari kerja keras, tawakal dan ikhlas. Maka disaat teman-teman saya sudah mulai bergumul dengan materi dan soal-soal SBMPTN saya justru sibuk berselancar kedunia maya sekedar mencari pembenaran. Pembenaran pada jalan fikiran saya, pada rasa kecewa saya, pada sakit hati saya dan pada apapun yang membuat saya terpuruk dalam beberapa minggu. Saya bahkan sampai merasakan titik jengah untuk kembali belajar dan bergumul pada materi SBMPTN. Saya bahkan terlampau banyak mengahbiskan sisa-sisa waktu krusial saya dengan hanya memandangi materi tersebut tanpa bergerak lebih jauh. Saya tidak mengambil les tambahan. Dan saya hanya disibukkan dengan pencarian ‘pembenaran’ yang bahkan nyaris membuat saya gila karena tidak jua menemukan titik akhir. Hingga suatu ketika, saya hanya mampu tergugu disetiap sholat saya. Saya adukan segala pada-Nya. Saya tangiskan segala kerapuhan saya pada-Nya. Hingga perlahan, semangat saya kembali muncul meski tidak sebesar sebelumya.
Selesai. Rangkaian Tes bedebah itu selesai. Saya kembali kekota asal saya. Menanti keputusan final itu keluar. Setiap sholat, tak henti-hentinya saya meminta agar apapun keputusan-Nya nanti, mampu saya terima dengan ikhlas. Dan ya, semakin hari perasan saya tidak tenang. Bukan takut tidak lolos. Saya hanya takut bahwa untuk kesekian kalinya, mimpi saya tidak sama dengan apa yang Tuhan inginkan. Maka mulai detik itu juga, saya mengangganti do’a saya dengan meminta diikhlaskan atas segala keputusan-Nya.
8 Hari sebelum pengumuman SBMPTN, saya mengalami infeksi pencernaan. Hal ini memaksa saya terbaring ditempat tidur selama hampir 10 hari lamanya. Selama itu, saya tidak bisa melakukan apa-apa. Suhu saya mencapai 39 derajat celcius, tekanan darah saya hanya 90 dan trombosit saya hanya mencapai 122. Sungguh keadaan itu membuat saya tersiksa setengah mati. Saya sulit bergerak, saya sulit tidur dan bahkan saya sulit bernafas. Dalam kesakitan itu, saya hanya sibuk berfikir tentang kemunginan-kemungkinan terburuk atas hasil SBMPTN saya. Dari 3 jurusan yang tersedia, saya hanya memilih 1 jurusan dan sisanya Mama saya yang memilihkan. Bukan karena apa-apa, karena saya hanya ingin Komunikasi UGM dan ternyata Mama saya menginkan saya menjadi seorang Guru. Guru Sejarah. Dan ya, selama itu saya hanya berdo’a semoga Tuhan meridhoi mimpi saya, bukan mimpi Mama saya.
Dan hari pengumuman pun tiba. Saya masih sakit dan saya sama sekali tidak berminat untuk membukanya. Jadilah kakak kedua saya yang sibuk menghidupkan laptop, menanyakan nomor pendaftaran saya dan bahkan yang membuka pengumuman saya. Sedangkan perasaan saya tidak enak, saya hanya tidur dan bahkan sama sekali tidak berminat untuk melirik hasilnya. Dan perasaan saya semakin tidak enak ketika dia tersenyum dan menarik tangan saya agar bangun sebentar dan melirik hasilnya.
Hasilnya apa?
Saya hanya bisa menghela nafas panjang, lemas. Ya, apa yang saya takutkan terjadi. Ketakutan yang lebih dibanding kemungkinan saya tidak lolos SBMPTN. Tapi mau bagaimana lagi? Do’a seorang ibu memang tidak ada duanya. Saya diterima di UNY jurusan Pendidikan Sejarah. Persis seperti mimpi Mama saya selama ini. Saya hanya terdiam, ingin menangis tapi tidak bisa. Karena apa? Karena Mama saya langsung datang, membaca hasilnya dan seketika itu juga beliau memeluk saya, menciumi saya mengatakan bahwa beliau begitu bahagia. Dan ya, saya sampai tidak bisa menangis melihat Mama saya begitu bahagianya.
“But perhaps, you hate a thing and it is good for you. And perhaps you love a thing and is bad for you. Allah knows while you know not”-Quran 2:216
Saya selalu meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya bisa ikhlas, bahwa saya baik-baik saja. Tapi apa? Ikhlas tidak semudah itu, saya masih teramat kecewa. 2 kali saya bersekolah disekolah yang bukan impian saya, 6 tahun saya berada disekolah yang bukan tujuan saya. Dan sekarang, sekali lagi saya diterima di Universitas dan Jurusan yang sama sekali bukan impian saya. 4 Tahun saya akan berada ditempat yang tidak sesuai dengan passion saya. Jika ditotal, 10 tahun saya hidup dilingkungan yang bukan impian saya. SMP, SMA dan sekarang akan bertambah Kuliah? Sungguh, membayangkannya saja membuat kepala saya pening setengah mati.
Saya tidak pernah mudah mencari sekolah, selalu saja saya harus berjuang keras demi mendapatkan apa yang saya cita-citakan. 2 kali saya mengalaminya dan sekarang bertambah menjadi 3 kali. 3 kali saya berjuang mati-matian dan 3 kali pula saya dijatuhkan dengan kenyataan yang jauh dari impian saya.
Saya selalu berkata pada diri saya bahwa saya akan baik-baik saja. Bahwa saya akan bisa melewatinya, bahwa saya sudah terbiasa mengalaminya dan bahwa kapanpun itu, hikmah yang begitu luar biasa pasti ada dibalik semuanya.
Tapi saya sadar, saya hanya manusia biasa. Saya masihlah seorang remaja yang terus menata ritme nafasnya secara horizontal. Saya tahu, bahwa belajar sabar dan ikhlas tidak pernah ada habisnya….
Hingga saya berhasil berada disatu titik. Titik dimana saya mulai membuka hati saya untuk sebuah ‘penerimaan’. Dan perlahan saya sadar, bahwa ‘pembenaran’ yang saya cari selama ini tidak akan membuat saya menemukan jawaban. Justru hanya menjadikan boomerang bagi saya untuk mendustakan segala nikmat tersembunyi-Nya yang memang diperuntukkan bagi saya.
Dan saya mulai melihat segalanya secara lebih dekat…
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah kemana” Kutipan novel Tere Liye ‘Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin’.
Saya memang percaya bahwa sebesar apapun mimpi itu, dengan kerja keras pasti semua akan terwujud. Tapi ternyata ada yang luput dari kesadaran saya. Bahwa saya terlalu dibisukan dengan ‘positif thinking’ yang sudah mulai membaur dengan ‘kesombongan’, sudah dibutakan dengan ‘kepercayaan’ yang sudah mulai mencair bersama ‘keangkuhan’. Hingga akhirnya saya sampai lupa, bahwa sejatinya semua yang berlebih baik itu usaha, positif thinking, kepercayaan tidaklah ada yang baik. Karena sesungguhnya, Tuhan tidak suka dengan hal yang berlebihan…
Dan apabila kita mau melihat segalanya secara lebih dekat….
“Tidak semua orang mendapatkan pilihan pertama dalam hidup ini. Tapi kita bisa hidup sama bahagianya dengan mereka. Meski hanya mendapat pilihan kedua, ketiga atau bahkan keseratus-satu” Tere Liye
Di SMPN 6 Ponorogo, sekolah yang sama sekali bukan impian saya, adalah sekolah yang menemukan bakat Story Telling saya pertama kali, yang mengajarkan saya berorganisasi, yang membentuk saya memiliki jiwa pemimpin, yang menuntun saya menjadi pribadi yang serba bisa, yang mengajarkan saya apa arti kekeluargaan, apa arti persahabatan, apa arti ketulusan dan apa arti kesederhaan. Bagaimanapun juga, harus saya akui bahwa pada akhirnya, saya sangat-sangat mencintai sekolah yang bahkan tidak pernah saya mimpikan sebelumnya…
SMAN 3 Madiun. Mungkin, bagi sebagian siswa, SMAN 3 Madiun adalah sekolah mewah impian. Tapi tidak dengan saya. Saya yang terbiasa berada dilingkungan sekolah yang sederhana dan cenderung kekeluargaan sangat takut berada didalamnya. Saya takut dipandang sebelah mata dan saya takut tidak diakui. Namun, pada akhirnya saya terlempar juga disekolah yang saya hindari selama ini. Dan apa yang terjadi? Akhirnya harus saya akui juga, bahwa sekolah saya lah yang membentuk saya menjadi pribadi yang lebih kuat. Pribadi yang lebih percaya diri berhadapan dengan orang banyak, yang membuat Story Telling saya semakin menapak kearah yang lebih tinggi dan yang terpenting, sekolah yang membuat saya lebih mengerti apa arti kerja keras yang sesungguhnya. Apakah saya tidak diterima disana? Jawabannya tidak. Saya bahkan banyak menemukan kesederhanaan dibalik keistimewaan dan kemampuan mereka. Dan ya, harus saya akui juga. Bahwa saya tidak menyesal pernah bersekolah ditempat ini, SMAN 3 Madiun.
Universitas Negri Yogyakarta Jurusan Pendidikan Sejarah? Apa yang akan terjadi pada kehidupan saya 4 tahun kedepan? Dan saya memilih untuk berhenti bertanya. Saya percaya, kapanpun itu Tuhan akan menuntun saya menemukan hikmah yang luar biasa dibalik semuanya. Entah itu cepat atau lambat, saya memilih untuk mempercayai-Nya, bahwa kerja keras tidak ada yang sia-sia….
Tentang mimpi saya, sungguh sampai sekarang pun saya masih menginkan Komunikasi UGM. Tapi bagaimana kelanjutan mimpi saya, biarlah Tuhan yang mengaturnya. Saya hanya mampu berjalan, berusaha dan tertatih pada alur scenario-Nya.
Dan percayalah kawan, TIDAK ADA MIMPI YANG TIDAK TERWUJUD. Yang ada, hanyalah KEPUTUSAN TUHAN YANG BERWUJUD DALAM BENTUK LAIN. Sungguh, keputusan Tuhan, itulah keputusan terbaik dari do’a-do’a yang senantiasa kalian panjatkan. Gagal setelah berusaha mati-matian bukanlah hal yang patut disesalkan. Karena percayalah, kapanpun itu, AKAN ADA HAL YANG LEBIH BAIK DARI PADA HAL YANG SELALU KALIAN IMPIKAN. Sungguh, percayalah. Tuhan tidak pernah salah dalam memilihkan takdir kalian…
Bagi mereka yang terlihat tidak berusaha keras tapi bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan secara mudah?
Biarkan urusan itu menjadi urusannya dengan Tuhan. Putarlah fikiran kalian dan alihkan segala fokus tersebut pada hal yang lebih berguna bagi hidup kita masing-masing. Sungguh, tidak ada gunanya memikirkan hal seperti itu. Justru hanya sakit yang mungkin bisa berubah jadi dengki yang akan kalian rasakan. Ingatlah kawan, that…
ONE DAY, You will wake up and thank to Allah for your unanswered prayers.
           


Life isn't always lovely, but it's a beautiful ride

Hai, I know it's already 2018, but how your 2017?  What your best companion? Your best healer? This post probably gonna be s...

Popular Posts This Week