Friday, May 11, 2012

Singgah Bersama Pak Sartono (Pencipta Lagu Hymne Guru)






            Lagu Hymne Guru adalah salah satu lagu yang tidak asing lagi dalam kancah pendidikan di Indonesia dan juga salah satu lagu wajib. Pada setiap kesempatan atau acara dengan tema dan latar belakang pendidikan, lagu ini tidak pernah terlewatkan untuk disenandungkan. Tapi siapa sangka bahwa lagu yang selalu berkibar bertalu-talu tersebut diciptakan oleh sosok yang sangat sederhana dan dekat dengan kita. Ya, beliau adalah Bapak Sartono. Sosok sederhana dari Madiun pembangkit semangat jiwa para pahlawan tanpa tanda jasa. Sosok ini memang jarang sekali tersorot kamera. Beliau memang kalah pamor dengan sensasi artis-artis ibu kota dan para petinggi Negara. Padahal, karyanya bisa dibilang sangat luar biasa dan mengagumkan. Dengan tersusunnya makalah “Biografi (Sartono: Pencipta lagu Hymne Guru)” semoga dapat membantu pihak-pihak yang ingin mengenal lebih dekat dengan pribadi beliau. Dan semoga makalah ini juga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
 ...............

“Sosok Legendaris yang Bersahaja”

            Kala itu langit sudah gelap (06/12/2011), kami berhenti tepat didepan pintu rumah bernomor 98. Sesosok wanita paruh baya dengan balutan kebaya merah bermotif batik langsung tersenyum. Beliau segera mempersilahkan kami untuk masuk kedalam ruang tamu.
            Sebut saja beliau Yanti, Ignatia Damijati. Ya, beliau adalah istri dari bapak Sartono, sang pencipta lagu legendaries Hymne Guru. Sosoknya terlihat bersahaja, ramah dan low profil. Meskipun kerutan diwajah beliau sudah mulai kentara, namun sedikitpun tidak terlihat bahwa beliau sudah menginjak usia 60 tahun, beliau terlihat begitu sehat.
            Tak lama berselang, sosok yang kami tunggu-tunggu ikut bergabung. Ya, bapak Sartono. Beliau tersenyum ramah diiringi istrinya yang pamit untuk masuk kedalam. Laki-laki paruh baya berusia 75 tahun itu segera mempersilahkan kami untuk duduk kembali, seraya tersenyum dengan melontarkan pertanyaan. “Mau dimulai dari mana ini?”
            Beliau memulai kisahnya dengan menceritakan pengalaman saat diundangan oleh Bupati Ponorogo beberapa waktu yang lalu. Bicaranya masih terdengar jelas, dan sesekali tawa kecil mengiringi penuturan tentang kisah beliau. Namun tak berapa lama kami kurang memahami penuturan beliau, beliau mulai menceritakan dengan arah yang tidak jelas tujuannya.
            “Hmm Pak Tono itu dulu pernah diundang di Irian Jaya” Sahut salah satu suara dari dalam. Tak lama Bu Yanti muncul dari balik tirai yang memisahkan antara ruang tamu dan ruang tengah. Nampaknya beliau mendengar penuturan suaminya yang mulai terdengar tidak jelas arahnya. Beliau segera mengambil alih peran suaminya. Dengan lancar dan lugas beliau menceritakan kisah pengalaman pak Sartono.
Bu Yanti mengungkapkan bahwa dulu saat Pak Sartono masih menjadi seorang tentara, suaminya pernah mendapat tugas dari tentara Brawijaya agen remnol 81 untuk menghibur para militer yang ada di Irian Jaya. Pak Saroto mendapat tugas ini karena beliau adalah salah satu tentara yang juga seniman music, sehingga beliau ditugaskan untuk menghibur para militer yang akan berperang.
Selain itu, beliau juga menceritakan tentang pengalaman suaminya ketika mendapat piagam penghargaan di Jakarta atas karya legendaries suaminya tersebut. Beliau juga menuturkan bahwa setelah serah terima penghargaan tersebut, suaminya kembali ditugaskan oleh tentara untuk terbang ke Aceh dan memberi semangat serta menghibur para pahlawan tanda jasa beserta seluruh korban-korban Stunami di tahun 2004 dengan lagu “Hymne Guru” nya. Dan diakhir ceritanya beliau menceritakan kisah pengalaman suaminya kala mendapat nomor penghargaan di Jepang bersama dengan guru teladan dimasa itu.                              
                                                                                                                                            
“Maksud pak Sartono tadi begitu, jadi pak Sartono ingin menceritakan kisahnya yang itu” Ujar beliau diakhir penjelasan.
Ungkap Bu Yanti, ingatan pak Sartono memang sudah tidak sebaik dulu. Beliau terkadang bisa mengingat, namun terkadang juga bisa lupa akan kejadian-kejadian yang baru saja beliau lakukan. Beliau juga sudah mulai sulit untuk melakukan wawancara, karena tidak jarang beliau salah menanggapi pertanyaan. Terkadang antara pertanyaan dan jawaban bisa menghasilkan kesinambungan, namun terkadang juga tidak. Terkadang juga, beliau memulai ceritanya dengan runtut dan jelas. Namun terkadang dipertengahan bercerita, beliau mulai berbicara ngelantur dan keluar dari topik pembahasan awal. Oleh karena itu, sang istri selalu mendampingi beliau dimanapun beliau berada, terutama saat ada tamu untuk mengadakan wawancara. “Jadi ya ibu harus dampingi pak Tono kalo ada yang tanya begini ini” tuturnya.
            Setelah wanita paruh baya itu selesai bercerita, pak Sartono mengajak kami berdiri. Beliau menunjukkan rangkaian bingkai foto yang terpasang didinding. Mulai dari bermacam-macam piagam penghargaan, siluet karikatur tokoh beliau, foto-foto beliau dengan tokoh-tokoh petinggi Negara maupun tokoh pendidikan, hingga lirik lagu bertuliskan “Hymne Guru”. Selama menunjukkan rangkaian foto tersebut beliau tak henti-henti tersenyum. Terlihat jelas sorot mata penuh semangat dibalik kerut wajah beliau yang sudah mulai kentara. Sesekali beliau tertawa kecil, mencoba mengingat-ingat dengan baik bayangan masa-masa terindahnya itu. Tidak pernah terlihat sedikitpun raut kesedihan beliau, meskipun karyanya hanya dihargai sebatas piagam penghargaan. Beliau pun tidak pernah menuntut akan royalti dengan janji-janji semu yang dilontarkan kepada beliau. Bagi beliau, hidup sehat seperti ini bersama istri tercintanya sudah lebih dari cukup. Beliau lah tokoh sejarah yang patut kita contoh. Bapak Sartono, sang legendaries yang selalu bersahaja.



PROFIL
Nama                           : Sartono
Anak dari                    : Bapak Soepadi dan Ibu Sartijah
Tempat / tgl lahir         : Madiun, 29 Mei 1936
Alamat                         : Jl. Halmahera No.98 Madiun
Istri               : Ignatia Damijati (seorang penari dan pengajar di SD Oro-Oro Ombo                                               Madiun )
Pendidikan                  : 1. SD Jepang di Nglorok Pacitan
                                      2. SMP Negeri 2 Madiun
                                      3. SMA Abengan Surabaya
Riwayat Hidup :
Sebelum menyelesaikan sekolah ibunda beliau meninggal dunia kemudian disusul ayahnya. Setelah lulus SMA beliau mengikuti RNI AD kemudian dikirim ke Irian Barat Tahun 1963. Beliau dipilih oleh petinggi TNI untuk menjadi pelerai suku-suku yang berperang karena beliau dianggap sebagai orang yang flexible. Tapi ternyata kepergian beliau ke Irian Barat, membuat beliau tidak diangkat menjadi PNS hingga kini. Tetapi tetap dalam semangat hidup yang tinggi dan dengan semboyan “ Ana dina ana sega “. Beliau menjalani hidup dengan mengajar di SMP Katolik dengan kesukaannya bermusik dan dari itulah beliau menciptakan lagu “ Hymne Guru “. Berawal saat Prof. Dr. Daud ( Menteri Pendidikan  ) meminta bantuan kepada Y. Adonga dan Ibu Tri Suci untuk menjadi panitia dalam “ Sayembara “ menciptakan lagu “ Hymne Guru “.
            Suatu ketika saat beliau pulang dari mengajar musik kolintang di nganjuk, beliau melihat pengumuman tentang sayembara tersebut dan beliau iseng-iseng menulis lirik lagu. Kemudian beliau kirim lirik lagu tersebut dan ternyata beliau masuk 4 besar.

2
Namun ternyata masuknya beliau kedalam 4 besar menimbulkan kontroversi antara panitia. Akhirnya bapak Mentri mengambil jalan tengah dengan cara menyuruh pak Sartono menyanyikan lirik lagu miliknya tersebut. Saat mendengar lagu tersebut, seketika bapak Mentri terharu dan tanpa fikir panjang beliau langsung memilih pak Sartono sebagai Pemenang. Pak Sartono selalu berpesan kepada Generasi Muda bahwa segala sesuatu itu tidak ada yang tidak mungkin. Dengan mottonya “ Ana dina ana sega “.
Penghargaan :
1.      Piagam Depdiknas, 22 Agustrus 1980. Pemenang lomba cipta lagu Hymne Guru oleh Prof. Dr. Darji Darmodihardjo, SH.
2.      Piagam Mendiknas ( Dr. Yahya Muhaimin), 2 Mei 2000 atas ciptaannya berupa Hymne Guru tahun 1980 sehingga membangkitkan semangat pengabdian guru ditengah masyarakat.
3.      Sekolah Buah Hati Surabaya, 24 Mei 2003 sebagai pencipta lagu Hymne Guru.
4.      SMU Santa Maria Surabaya, 6 Maret 2004.
5.      ESQ Training Peduli Pendidikan, Jakarta 5 Juli 2005.
6.      Gubernur Jawa Timur ( Imam Utomo ) Surabaya, Oktober 2005.
7.      Mendiknas ( Prod. Dr. Bambang Sudibyo, MBA ) Jakarta, 23 November 2005. Sebagai penghargaan pemerintah atas prestasinya dalam meningkatkan mutu pendidikan  melalui kesenian di kota Madiun Jawa Timur.
8.      Pengurus Besar PGRI, Jakarta 25 November 2005 Prof. Dr. H. Muhammad Sonya.
9.      Wali Kota Madiun ( Kokok Raya, SH.M Hum ).
10.  Yayasan Taruni Bhakti, 30 Juli 2006 ( Purna Karya Bakti, masabakti 1 Januari 1978 – 30 juni 2002 ).
11.  UPN Veteran Jawa Timur, sebagai pencipta Lagu Hymne Guru, 6 Januari 2009. Prof. Dr. Teguh Sudarto, MP.
12.  Universitas Sepuluh November, Kolaka Kendali Sulteng Rekor MURI 9000 Siswa dan Mahasiswa menyanyikan Lagu Hymne Guru, 29 mei 2010.

13.  FIKP Award UNS Surabaya, atas jasanya menciptakan Lagu Hymne Guru. Solo, 9 September 2011.
14.  ITS, 10 November 2011. Atas dedikasi dan perannya dibidang seni dan budaya. Oleh Prof. Dr. Tri Yogi Yuwono, DEA.




“HYMNE GURU”
Ciptaan: Sartono


Terpujilah,
Wahai engkau,
 Ibu Bapak guru
Namamu akan selalu hidup,
Dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir, di dalam hatiku
Sebagai prasasti trima kasihku, tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan Bangsa tanpa tanda jasa





Madiun, Desember 2011

                                                                                        Penulis



Life isn't always lovely, but it's a beautiful ride

Hai, I know it's already 2018, but how your 2017?  What your best companion? Your best healer? This post probably gonna be s...