Sunday, August 7, 2016

Kata orang, Menulis itu Merapikan Kenangan



Sekarang, ditempatku menulis, waktu sedang berhenti pada angka 15.06 WIB. Mungkin saja beberapa kalimat setelah tulisan tadi, jarum jam sudah menjalar ke angka-angka setelahnya. Mungkin juga, ketika tulisan ini sudah berhasil dimuat, matahari sudah tak ada, atau bahkan sudah mulai bergulir kematahari dihari berikutnya.
Kata orang, menulis itu merapikan kenangan....
Ini kali kedua aku mengutipnya. Ah, sebenarnya setiap aku ingin memulai bercerita, selalu saja kalimat itu yang muncul pertama kali dan selalu ingin kukutip. Tapi, bagaimana jika kalian bosan membacanya? Lalu, sepersekian detik setelah pertanyaan itu terlontar, aku segera mengganti, tidak, lebih tepatnya terpaksa mencari pengganti kutipan lain. Sayangnya nihil, aku tak jua menemukan kutipan indah yang sepadan. Lantas karena kesal, aku berhenti menulis. Merajuk pada google yang tidak mampu memuaskan pencarianku. Hatiku merajuk, kemudian semua cerita itu menguap begitu saja. Lalu untuk kesekian kalinya, aku gagal merapikan setiap kenangan dan membingkainya dalam sebuah cerita.
Sejujurnya, aku sedang teralihkan pada aplikasi path dan instagram. Yang nyatanya, dua tahun terakhir ini telah membuatku berhenti menulis. Fitur-fitur serba instan, lebih unik, lebih menghibur, lebih cepat diakses semua orang, atau apapun itu, sungguh mampu membuatku terlena dan lupa bagaimana cara membingkai rapi sebuah cerita dalam rangkaian paragraf. Nampaknya memilih foto yang kira-kira akan menghasilkan banyak like dan comment lebih mudah dibanding harus berlama-lama menyusun ratusan kalimat demi sebuah postingan di blog. Lagipula, mengabadikan moment dengan memposting foto lengkap bersama “mini” captionnya sudah cukup mewakili setiap kenangan, bukan?
Kata orang, menulis itu merapikan kenangan....
Ah, sayangnya aku tidak bisa menulis dengan cukup rapi pada aplikasi path ataupun instagram. Sesekali aku mencoba untuk merapikan kenangan disana. Sayangnya “sesekali” juga ada yang meninggalkan pesan sindiran dikolom komentar. “Ini caption apa nulis diary?” Lagi-lagi aku merajuk membacanya. Rindu pada kebebasan menulis seluas-luasnya. Maka, tertanggal tulisan ini dimuat, semoga akan kupenuhi halaman-halaman ini dengan ratusan kenangan yang telah kubingkai rapi.

Life isn't always lovely, but it's a beautiful ride

Hai, I know it's already 2018, but how your 2017?  What your best companion? Your best healer? This post probably gonna be s...