Aku sedang jengah. Jengah pada semesta yang akhir-akhir ini tidak berpihak
pada usaha. Ketika semua daya, doa dan upaya telah ditempuh, seharusnya semua berjalan sesuai rencana. Begitu, kan
seharusnya?
Man jadda wajada, berkali-kali kuucap mantra itu. Dan aku memilih untuk percaya padanya. Seutuhnya. Namun ia seakan membelot. Mempermainkan keyakinanku, lantas menggodanya agar runtuh tepat dihadapanku.
Sungguh, ia memang benar-benar tahu bagaimana cara
menguji. Ia tahu kesabaran milik siapa yang layak dieksekusi.
Namun sekali lagi, aku (masih) memilih untuk percaya. Sekalipun sedang jengah. Sekalipun semesta belum juga berpindah arah.
Yogyakarta,
Ditulis ditengah-tengah penantian yang panjang.
No comments:
Post a Comment