"Tidak ada yang bisa diajak berbincang. Dari jendela kau lihat bintang-bintang sudah lama tanggal. Lampu-lampu kota bagai kalimat selamat tinggal. Kau rasakan seseorang dikejauhan menggeliat dalam dirimu. Kau berdoa: semoga kesedihan memperlakukan matanya dengan baik"
Dia memilih berhenti dan melewati bagian 'prosa' ini. Merajuk pada sosok yang tidak seharusnya membaca potongan mesra Aan Mansyur. Biarkan sosok itu berlalu. Tenggelam bersama waktu. Lalu,
"Dirimu tidak pernah utuh. Sementara kesunyian adalah buah yang menolak untuk dikupas. Jika kau coba melepas kulitnya, hanya akan kau temukan kesunyian yang lebih besar."
Pukul 1 pagi. Kau butuh kopi segelas lagi.
No comments:
Post a Comment