Semuanya
terlihat panik. Secara tiba-tiba sosok laki-laki paruh baya itu terdiam.
Nafasnya melemah satu per satu. Raganya membiru secara perlahan. Sesosok wanita
disampingnya terlihat ketakutan, diguncangkannya raga suaminya, dibenarkannya
tatanan oksigennya, hingga dicari-cari denyutan nadi suaminya. Nihil. Raga itu
benar-benar terpisah dari rohnya.
Sesosok
gadis belasan tahun tertuduk lemas, menangis, berteriak, terisak, berontak.
“Papa masih ada ik..Papa masih ada..”
Suara lemah itu terdengar menuntut. Diiringi isakan yang terbata-bata. Aku
terbius, membisu. Kebingungan, atau lebih tepatnya kelimpungan. Kudekap erat
raganya yang terhuyung, membebaskan segala memori yang sudah lama kupendam
untuk membaur bersama detiknya. Kupandang lekat kedua matanya, ingin
kusampaikan bahwa ini adalah yang terbaik, bahwa ini harus ia terima dan bahwa
pada akhirnya cepat atau lambat, hal ini pasti akan terjadi. Tapi
kerongkonganku tercekat. Lidahku benar-benar kaku. Rangkaian kata-kata itu
hanya berputar dan meracau dalam otakku. Sekali lagi, aku hanya mampu
mendekapnya, menggenggam erat jemarinya, membiarkan seluruh tangisnya luruh
bersama rasa kehilangannya. Rasaku benar-benar tak karuan. Kupandang segala
penjuru ruangan. Air mata dimana-mana. Kuraba pelan pori-pori pipiku, kering.
Aku ini,
sahabat macam apa ?
“Papa masih ada ik..Papa masih ada..”
Suara lemah itu kembali menusukku. Lidahku kelu. Kueratkan dekapanku, mendekat
kearah telinganya.
“Iya, Papamu masih ada mbak, masih ada, ada
didalam hatimu.”
Dan
isakkannya semakin menjadi, berbaur dengan deraiku yang mulai terjatuh. Bibirku
bergetar, kerongkonganku tercekat. Menangis, aku menangis. Ya, kali ini aku
benar-benar mengikutinya. Kalimat itu benar-benar mampu melemparku pada memori
8 tahun lalu secara utuh. Semuanya menjadi berkelebat, berputar-putar dan
membaur bersama detiknya. Kudekap raganya lebih erat lagi, membiarkan rasanya
meluruh dengan segala kenangannya. “Tenang
mbak, kamu gak akan sendiri, ada aku, disini, bersamamu.”
Tertulis,
Pada ujung Ramadhan di tahun 2013.
No comments:
Post a Comment